Pesawat Rafale Akan Tiba di Indonesia pada Akhir 2026, Ini Alasan Indonesia Tinggalkan Su-35

Ansars

Pesawat Dassault Rafale Gambar dari wallpaperup.com

Indonesia telah resmi menandatangani kontrak pembelian 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale dari Perancis pada Februari 2022. Pesawat tempur generasi 4,5 ini diharapkan dapat memperkuat pertahanan udara Indonesia dan meningkatkan kerjasama militer dengan negara Eropa.


Namun, pesawat Rafale tidak akan segera tiba di Indonesia. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo, pesawat tempur asal Perancis itu akan datang ke Indonesia pada akhir 2026. Hal ini karena proses produksi dan pengiriman pesawat membutuhkan waktu yang cukup lama.


Kita sudah menandatangani kontrak dengan Perancis untuk pembelian Rafale. Tapi kita harus sabar menunggu karena pesawat ini tidak bisa langsung dikirim. Ada proses produksi dan pengiriman yang memakan waktu sekitar empat tahun, kata Fadjar di Jakarta, Kamis (10/8/2023).

 

Fadjar menambahkan, pesawat Rafale akan ditempatkan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Pesawat ini akan menggantikan pesawat F-16 Fighting Falcon yang sudah berusia tua dan sering mengalami masalah teknis.


Rafale adalah pesawat yang sangat canggih dan serbaguna. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai misi, seperti pertahanan udara, pengintaian, penyerangan, dan anti-kapal. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar elektronik dan senjata mutakhir, ujar Fadjar.

 

Dengan kedatangan Rafale, Indonesia akan memiliki salah satu armada udara terkuat di kawasan Asia Tenggara. Pesawat ini akan menjadi andalan Indonesia untuk menjaga kedaulatan wilayah udara, khususnya di perbatasan dan wilayah maritim.


Mengapa Indonesia Tinggalkan Su-35 ?


Sebelum memutuskan untuk membeli Rafale, Indonesia sempat berniat untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia. Pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi 4++ yang memiliki keunggulan dalam manuverabilitas dan jarak jelajah.


Namun, rencana pembelian Su-35 mengalami kendala karena adanya sanksi dari Amerika Serikat terhadap Rusia. Sanksi ini dikenal sebagai Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang bertujuan untuk menghambat penjualan senjata Rusia ke negara lain.


Indonesia khawatir jika membeli Su-35, maka akan terkena dampak sanksi dari Amerika Serikat yang bisa merugikan hubungan bilateral dan kerjasama ekonomi antara kedua negara. Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah anggaran dan perawatan pesawat.


Karena kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran. Kalau yang bayar tidak mau ke sana, kita kan enggak bisa nyebut-nyebut terus, jadi arahnya ke Rafale, kata Fadjar.

 

Fadjar juga mengatakan bahwa Rafale memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan Su-35, seperti teknologi radar elektronik, sistem optronik depan, dan kemampuan multirole. Selain itu, Rafale juga lebih mudah dalam hal perawatan dan pengoperasian.


Rafale adalah pesawat yang lebih modern dan lebih efisien daripada Su-35. Pesawat ini juga lebih mudah diperbaiki dan diservis karena komponen-komponennya lebih banyak diproduksi di Eropa. Pesawat ini juga lebih ramah lingkungan karena emisinya lebih rendah, tutur Fadjar.

 

Dengan demikian, Indonesia telah memilih Rafale sebagai pesawat tempur terbaru yang akan memperkuat armada udara TNI AU. Meskipun harus menunggu beberapa tahun lagi, Indonesia berharap pesawat ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pertahanan dan keamanan nasional.


Perawatan Rafale vs Su-35: Mana yang Lebih Murah dan Mudah ?


Indonesia telah memutuskan untuk membeli 36 unit pesawat tempur Dassault Rafale dari Perancis, dan meninggalkan rencana pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia. Salah satu alasan di balik keputusan ini adalah karena perbedaan biaya dan kesulitan perawatan antara kedua jenis pesawat tersebut.


Rafale adalah pesawat tempur generasi 4,5 yang memiliki teknologi radar elektronik, sistem optronik depan, dan kemampuan multirole. Pesawat ini juga lebih ramah lingkungan karena emisinya lebih rendah daripada Su-35. Menurut data aircraftcompare.com, harga Rafale sekitar US $115 juta.


Su-35 adalah pesawat tempur generasi 4++ yang merupakan versi perbaikan dari Su-27 Flanker. Pesawat ini memiliki keunggulan dalam manuverabilitas dan jarak jelajah. Pesawat ini juga bisa terbang dengan kecepatan 2,25 Mach dan ketinggian lebih tinggi daripada Rafale. Harga Su-35 sekitar US $65 juta.


Namun, meskipun lebih murah, Su-35 memiliki biaya perawatan yang lebih tinggi dan sulit daripada Rafale. Hal ini karena Su-35 menggunakan teknologi Rusia yang kurang kompatibel dengan standar internasional. Selain itu, Su-35 juga lebih boros bahan bakar dan lebih rentan terhadap gangguan elektronik.


Rafale, sebaliknya, memiliki biaya perawatan yang lebih murah dan mudah daripada Su-35. Hal ini karena komponen-komponen Rafale lebih banyak diproduksi di Eropa, sehingga lebih mudah didapatkan dan diperbaiki. Selain itu, Rafale juga memiliki fitur buddy-buddy refueling yang memungkinkan pengisian bahan bakar di udara dengan bantuan pesawat lain.